Monday, July 09, 2007


"CYBER CITY UNTUK JAKARTA, KENAPA TIDAK ?"

Oleh
Muhamad Jafar Elly

Praktisi Teknologi Informasi

Sebagai ibu kota negara, Jakarta tak pernah diam membangun dirinya dalam berbagai sektor pembangunan. Dalam usianya yang ke-480 tahun ini, wajah Jakarta terus dipoles sedemikian cantiknya agar bisa sejajar dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Berbagai infrastrukturpun dibangun dan dikembangkan sejalan dengan meningkatknya kebutuhan dan aktifitas penduduknya. Salah satu yang disorot saat ini adalah pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Untuk bidang yang satu ini, Indonesia boleh dibilang tertinggal jauh dari negara-negara tetangganya. Namun demikian, tidak berarti bahwa Indonesia tak mampu mengejar ketertinggalannya. Persoalannya adalah terletak pada kemauan politik yang kuat dari pemerintah untuk membangun infrastruktur pendukungnya termasuk juga pengembangan sumber daya manusia di bidang TIK tersebut.

Khusus untuk ibu kota negara, hal ini tak bisa ditawar-tawar lagi. Mengapa demikian? Karena pertama, Jakarta merupakan barometer kota metropolitan berskala internasional di mana segala kegiatan negara dan pemerintahan berada di kota ini. Kedua, mobilitas kerja warganya sangat tinggi dan serba cepat sehingga memerlukan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu mempercepat penyelesaian tugas-tugasnya. Ketiga, ada kecenderungan atau tren perubahan model kerja masyarakat ke arah yang lebih dinamis sehingga mereka bisa bekerja secara fleksibel kapan saja dan di mana saja dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi.

Yang terakhir inilah yang yang kini menjadi harapan sebagian besar warga Jakarta kepada pemerintah daerah DKI agar bisa menyediakan fasilitas hot spot wifi untuk layanan internet gratis tanpa kabel di sejumlah tempat di Jakarta yang banyak dilalui atau dikunjungi masyarakat. Intinya, masyarakat mendambakan kota Jakarta bisa "disulap" menjadi "Cyber City" sehingga mereka bisa bebas mengakses internet dan berkomunikasi dengan cepat tanpa batasan tempat, ruang dan waktu. Pertanyaannya, apakah mungkin menjadikan Jakarta sebagai Cyber City untuk kondisi saat ini? Jawabannya, mungkin saja, kenapa tidak !. Hal ini dimungkinkan karena salah faktor pendukung utamanya yakni infrastruktur telekomunikasi di Jakarta tampaknya sudah cukup memadai untuk menunjang implementasi cyber city tersebut.
Tentunya implementasi ini harus diikuti dengan aturan penggunaan internet secara ketat di ruang-ruang terbuka umum seperti tidak mengakses situs-situs porno secara terbuka dan lain-lain. Yang terpenting lagi keamanan ruang terbuka umum harus benar-benar terjamin sehingga masyarakat tidak merasa khawatir menggunakan laptopnya secara bebas di ruang terbuka tersebut.

Cyber city merupakan salah satu konsep kota modern berbasis teknologi informasi yang kini telah banyak diterapkn di sejumlah kota besar di seluruh dunia. Ini sebagai konsekuensi logis dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai bagian dari kota modern, Jakarta harus bisa menerapkan konsep cyber city untuk memenuhi kebutuhan warganya mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja.

Bagaimanapun juga bangsa Indonesia umumnya dan warga Jakarta khususnya kini berada dalam abad informasi di mana setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjalin pergaulan secara luas baik nasional maupun internasional. Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Dalam hal ini, masyarakat akan semakin pandai menggunakan internet dalam jumlah yang besar. Pemasangan hot spot wifi di sejumlah tempat terbuka seperti taman-taman kota, tempat-tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan, terminal bis, pusat-pusat perbelanjan modern dan tempat-tempat wisata lainnya akan semakin memudahkan masyarakat untuk beraktifitas secara lebih leluasa dalam satu waktu yang bersamaan.

Berwisata sambil berkirim email, menyantap makanan sambil mengerjakan tugas kantor, duduk di kendaraan sambil chatting dengan koleganya dan sebagainya adalah contoh-contoh aktifitas yang sering dijumpai di tengah masyarakat ibu kota saat ini. Pekerjaan kantornya dapat diselesaikan kapan saja mereka dikehendaki. Pendeknya, aktifitas apapun yang dilakukan tidak akan mengganggu pekerjaan intinya di kantor. Model kerja dinamis seperti ini sangat cocok diterapkan di Jakarta di mana mobilitas kaum profesionalnya, pebisnisnya, pendidiknya termasuk juga para mahasiswanya sangat tinggi. Bekerja secara parallel mungkin itu istilah yang paling tepat bagi para profesional di ibu kota. Mengapa demikian? Karena internet kini bukan lagi menjadi barang mewah yang hanya boleh digunakan oleh kalangan tertentu saja, melainkan telah menjadi suatu kebutuhan tersendiri bagi kebanyakan warga Jakarta yang menghendaki adanya layanan cepat yang serba digital.

Coba saja perhatikan, mulai dari sekadar mengakses informasi biasa hingga melakukan berbagai jenis transaksi bisnis sudah dapat dilakukan via internet termasuk di dunia pendidikan, perbankan, ketenagakerjaan dan sebagainya. Internet yang multifungsi ini perlahan tapi pasti berusaha mengubah perilaku atau budaya sebagian besar warga Jakarta dari pola-pola layanan konvensional menjadi layanan yang serba digital dan instant. Dengan kelebihannya itu pula, internet diprediksikan akan semakin diminati masyarakat sejalan dengan meningkatknya kebutuhan dan perkembangan teknologi informasi. Hal ini juga berarti akan membuka peluang besar bagi dunia bisnis teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunaknya. Pelaku bisnis perangkat keras komputer ini tentu akan semakin bergairah kalau produknya bisa laris di pasaran. Salah satu kuncinya, pemerintah harus menerapkan konsep cyber city untuk Jakarta yang notabene merupakan kota tujuan wisata berkelas internasional.

Mungkin saja akan timbul efek negative dari penerapan konsep ini. Namun sesungguhnya sisi positifnya jauh lebih besar daripada negatifnya. Semua akan kembali kepada kearifan masyarakatnya dalam memanfaatkan internet untuk hal-hal yang positif dan tentunya penegakan hukum yang tegas dari aparat pemerintah untuk menindak setiap pelaku dunia maya yang tidak bermoral dan bertanggung jawab. Jadi, untuk Jakarta yang telah berumur hampir lima abad ini, rasanya tidak ada alasan untuk tidak menerapkan konsep cyber city agar citranya sebagai kota metropolitan berkelas internasional semakin terangkat dan mampu menjadi daya tarik bagi turis manca negara untuk berkunjung ke Indonesia.

Mungkin ini juga bisa menjadi pemikiran bagi calon gubernur DKI Jakarta yang akan datang. Siapa pun yang terpilih nanti hendaknya memiliki visi membangun Jakarta sebagai kota modern yang berbasis teknologi informasi. Jika pemikiran ke arah itu tidak dimiliki, maka penulis khawatir kota Jakarta tidak akan pernah bisa bersaing dengan kota-kota modern lainnya di dunia. Persoalan sosial ekonomi masyarakat ibu kota memang sangat kompleks. Namun hendaknya itu tidak menjadi halangan untuk mewujudkan cyebr city untuk Jakarta. Kenapa tidak..?

No comments: